Dua teman Fitra telah lebih dulu menapaki Jakarta beberapa bulan sebelumnya, didorong oleh kepastian pekerjaan yang telah mereka peroleh. Sementara mereka menikmati status pekerja, Fitra tinggal bersama mereka, merasakan dinamika hidup yang berbeda sebagai pengangguran.
Fitra mengaku bahwa masa itu membawa tekanan yang besar baginya. Namun, di sisi lain, ia merasakan dorongan kuat untuk terus berusaha mendapatkan pekerjaan. Walaupun belum bekerja, Fitra memanfaatkan waktu tersebut untuk lebih memahami dan mengenal Jakarta, bahkan merasakan sensasi berdesak-desakan di kereta komuter.
Di tengah tekanan tersebut, setiap akhir pekan Fitra memilih untuk bergabung dengan sebuah komunitas basket di Menteng. Ia melakukannya tidak hanya untuk melepas stres, tetapi juga untuk memperluas jaringan sosial dan mencari peluang baru. Meskipun tanpa pekerjaan tetap, Fitra mempertahankan semangatnya dengan modal keberanian dan ketekunan yang tinggi.