YOURJOBPEDIA.COM – Bank Indonesia (BI) mencatat kontribusi devisa negara dari Pekerja Migran Indonesia (PMI) pada tahun 2023 mencapai angka yang mengesankan, yakni sebesar US$ 14,22 miliar atau setara dengan Rp 230,81 triliun dengan kurs Rp 16.232. Angka tersebut menempatkan sumbangan devisa dari PMI sebagai yang terbesar kedua setelah ekspor migas.
Menurut Deputi Gubernur BI, Juda Agung, dalam sebuah acara Penandatanganan Nota Kesepahaman antara BI dan Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), kontribusi yang signifikan ini tidak hanya menjadi luar biasa sebagaimana ekspor migas, tetapi juga menggambarkan peran penting PMI dalam perekonomian Indonesia.
Juda Agung menjelaskan bahwa PMI mampu menyumbangkan devisa sebesar US$ 14,22 miliar setiap tahunnya, yang berarti kontribusi mereka mencapai posisi kedua setelah migas. Bahkan, nilai kontribusi ini mencapai sekitar 10% dari total cadangan devisa Indonesia pada April 2024.
Menilik kontribusi yang signifikan tersebut, tidak dapat dipungkiri bahwa PMI memiliki peran strategis yang sangat penting dalam memperkuat perekonomian Indonesia. Selain memberikan dampak yang besar bagi keluarga yang mereka tinggalkan di tanah air, PMI juga mampu memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian secara keseluruhan.
Pentingnya peran PMI ini juga tercermin dari pernyataan Juda Agung yang menegaskan bahwa kontribusi dari para PMI terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia melebihi 1%. Hal ini menunjukkan bahwa PMI bukan hanya menjadi sumber devisa negara, tetapi juga turut berperan dalam pertumbuhan ekonomi nasional.
Mengapresiasi kontribusi yang luar biasa dari PMI, BI bersama BP2MI berkomitmen untuk meningkatkan literasi keuangan para pekerja migran. Dengan adanya literasi keuangan yang baik, diharapkan para PMI mampu mengelola keuangan mereka dengan lebih baik, sehingga jumlah uang yang dapat mereka kirimkan ke tanah air dapat meningkat.
Melalui kerja sama ini, BI dan BP2MI berharap agar kontribusi PMI terhadap perekonomian negara terus meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini sejalan dengan upaya BI dalam menjaga stabilitas moneter, sistem pembayaran, dan sistem keuangan secara keseluruhan.
Menurut Juda Agung, pentingnya peningkatan literasi keuangan bagi PMI tidak dapat dipungkiri. Tingkat pendidikan yang masih rendah menjadi salah satu faktor yang menunjukkan perlunya pendidikan dan pencerahan dari segi keuangan bagi para PMI.
Oleh karena itu, BI merasa memiliki tanggung jawab untuk membantu meningkatkan literasi keuangan para PMI. Dengan begitu, diharapkan para PMI dapat lebih mampu mengelola keuangan mereka dengan baik, serta memberikan kontribusi yang lebih besar lagi bagi perekonomian Indonesia.
Sumber : Detik