Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang melanda Indonesia telah memaksa banyak lulusan perguruan tinggi dan diploma untuk beralih ke pekerjaan yang jauh dari harapan mereka.
Dalam situasi yang semakin sulit ini, banyak yang memilih untuk menjadi sopir atau asisten rumah tangga (ART) demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Data dari Kementerian Ketenagakerjaan menunjukkan bahwa pada tahun 2024, sebanyak 77,965 orang mengalami PHK, dengan Jakarta mencatatkan angka tertinggi.
Di tengah persaingan yang ketat dan terbatasnya lowongan kerja, banyak lulusan yang merasa terpaksa untuk mencari pekerjaan di sektor yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan mereka.
Purnawati, seorang lulusan diploma yang kini bekerja sebagai pengasuh anak, berbagi pengalamannya.
“Pekerjaan ini tidak memerlukan gelar tinggi dan gajinya hampir setara dengan upah minimum regional, jadi ini pilihan yang praktis meskipun jam kerjanya lebih panjang dan libur lebih sedikit,” tutur Purnawati, seperti dikutip dari Kompas.com.
Tren ini tidak hanya terlihat di kalangan lulusan diploma, tetapi juga di kalangan sarjana. Banyak yang kini melamar pekerjaan sebagai sopir atau ART, sebuah langkah yang sebelumnya dianggap tidak layak bagi mereka yang memiliki gelar tinggi.
Seorang pengguna media sosial mengungkapkan keprihatinannya, “Saya melihat banyak lulusan yang beralih ke pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga di Bumi Serpong Damai. Ini menunjukkan betapa sulitnya mencari pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan mereka.”
Job fair menjadi salah satu solusi bagi para pencari kerja, dengan ribuan orang menghadiri acara tersebut untuk mencari peluang.
Banyak pelamar kini lebih fleksibel mengenai latar belakang pendidikan mereka, mengutamakan keamanan pekerjaan di atas aspirasi karir yang sebelumnya mereka miliki.
Kondisi pasar kerja yang tidak menentu telah memaksa banyak lulusan untuk beradaptasi dengan cepat.
Dengan semakin banyaknya individu berpendidikan tinggi yang beralih ke pekerjaan di sektor yang yang tidak relevan dengan disiplin ilmunya, tantangan ini mencerminkan realitas pahit yang dihadapi oleh banyak orang di Indonesia.
Dalam situasi yang sulit ini, kemampuan untuk beradaptasi menjadi kunci untuk bertahan hidup.
Di sisi lain, peluang kerja di luar negeri yang mencapai ratusan ribu (baca: Menaker: 278.984 Lowongan Kerja Luar Negeri Tersedia) menjadi alternatif menjanjikan.
Karnaka, Direktur Utama PT Binamandiri Mulia Jaya, salah satu P3MI terbaik di Indonesia mengamini hal ini.
“Di luar negeri, berbagai sektor menawarkan peluang terbuka. Kita perlu mengambil manfaat positif dengan ini.”
Selain itu kualitas SDM Indonesia juga mampu bersaing.
“Selama Binamandiri berdiri yang hampir 40 tahun, kami sudah mengirimkan ribuan PMI di berbagai sektor di berbagai penjuru dunia. Dan kualitas SDM kita diakui oleh mereka” pungkasnya.***