Menu

Mode Gelap

Berita · 30 Oct 2024 WIB ·

Hampir 10 Juta Gen Z di Indonesia ‘Nganggur’, Karena Terlalu Banyak Maunya?


 Hampir 10 Juta Gen Z di Indonesia <i>‘Nganggur’</i>, Karena Terlalu Banyak Maunya? Perbesar

Jakarta – Jumlah pengangguran di kalangan Generasi Z (Gen Z) di Indonesia mencapai angka yang mengkhawatirkan.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan sekitar 9,9 juta anak muda Indonesia atau 22,25 persen dari populasi usia 15-24 tahun tergolong youth not in education, employment, and training (NEET) pada 2023.

Fenomena ini menggambarkan tantangan besar bagi generasi muda Indonesia dalam memasuki dunia kerja.

Ternyata! Ada Kesenjangan Antara Keterampilan dan Kebutuhan Pasar Kerja

Salah satu penyebab utama tingginya angka pengangguran di kalangan Gen Z adalah ketidaksesuaian antara keterampilan yang mereka miliki dengan kebutuhan pasar kerja.

Psikolog dan akademisi dari Universitas Paramadina, Tia Rahmania, mengungkapkan bahwa banyak Gen Z tidak memiliki keterampilan yang relevan dengan permintaan perusahaan.

Hal ini disebabkan minimnya fokus pada pengembangan keterampilan teknis dan soft skills yang dibutuhkan di dunia kerja.

“Kita lihat ada jurang yang besar antara keterampilan yang dimiliki anak muda dan ekspektasi pasar kerja. Banyak lulusan muda yang belum siap menghadapi tuntutan dunia kerja modern,” ujar Tia, seperti dikutip dari CNBC.

Tuntutan Gaji Tinggi Tidak Sejalan dengan Disiplin Kerja

Selain masalah keterampilan, Gen Z kerap kali dikritik atas tuntutan gaji yang tinggi namun tidak diiringi dengan kedisiplinan kerja yang memadai.

Menurut Tia, Generasi Z seringkali dianggap tidak mau bekerja keras, tetapi berharap mendapat penghasilan besar.

Sikap ini membuat beberapa perusahaan ragu merekrut atau mempertahankan pekerja dari generasi ini.

“Gen Z menginginkan gaji tinggi dan work-life balance, tapi disiplin kerja seringkali tidak sesuai ekspektasi perusahaan. Sikap ini kerap menjadi batu sandungan dalam dunia kerja,” jelasnya.

Survei dari platform konsultasi Intelligent menemukan bahwa banyak perusahaan akhirnya memecat pekerja Gen Z yang baru direkrut.

Alasan di balik keputusan tersebut meliputi kurangnya motivasi, profesionalisme, hingga keterampilan komunikasi yang buruk.

Beberapa pekerja Gen Z dilaporkan kesulitan mengatur beban kerja, sering terlambat, dan bahkan tidak berpenampilan sesuai standar perusahaan.

Prioritas pada Work-Life Balance yang Sering Berujung Burnout

Di sisi lain, Gen Z memiliki perhatian besar terhadap keseimbangan hidup dan pekerjaan atau work-life balance.

Generasi ini cenderung mengutamakan kesejahteraan pribadi dan mencari lingkungan kerja yang mendukung kesehatan mental serta fisik.

Namun, tidak semua perusahaan mampu memberikan ruang bagi mereka untuk menjaga keseimbangan ini, yang kerap kali menimbulkan burnout.

Menurut Tia, burnout atau kelelahan kerja di kalangan Gen Z sering terjadi karena fokus yang berlebihan pada hasil.

Banyak di antara mereka yang meninggalkan pekerjaannya saat merasa ekspektasi tidak terpenuhi, terutama jika kesejahteraan mereka terabaikan.

 

Langkah Mengurangi Tingginya Angka Pengangguran Gen Z

Menghadapi tantangan ini, Tia menyarankan adanya kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan institusi pendidikan dalam menyediakan program pelatihan keterampilan yang relevan dengan tuntutan dunia kerja.

Langkah ini dapat meningkatkan kesiapan generasi muda dalam menghadapi realitas pekerjaan.

Perusahaan juga perlu menawarkan fleksibilitas yang dapat mendukung work-life balance dan mendorong program kesejahteraan karyawan untuk mengurangi tingkat burnout.

Melalui pendekatan yang lebih humanis dan berorientasi pada pengembangan karyawan, diharapkan perusahaan mampu menarik dan mempertahankan talenta muda.

Tingginya angka pengangguran di kalangan Gen Z adalah tantangan yang memerlukan solusi menyeluruh.

Dengan peningkatan pelatihan keterampilan, penyesuaian ekspektasi, dan penciptaan lingkungan kerja yang mendukung keseimbangan hidup, Gen Z diharapkan bisa lebih mudah masuk dan bertahan di dunia kerja.***

Sumber : CNBC

Artikel ini telah dibaca 32 kali

Baca Lainnya

Program 100 Hari Kerja KP2MI, KUR CPMI Masuk Prioritas

13 November 2024 - 11:01 WIB

Menteri PPMI Bahas Penindakan LPK “Nakal” Demi Perlindungan Pekerja Migran

7 November 2024 - 09:54 WIB

Universitas Airlangga Buka 34 Lowongan Kerja Tenaga Kependidikan untuk Lulusan D3 dan S1

7 November 2024 - 09:46 WIB

Darurat Kerja! Total 59.796 Orang Di-PHK Hingga Oktober 2024, Pemerintah Mau Apa?

1 November 2024 - 13:12 WIB

Pendaftaran PPPK Gelombang 2 Tahun 2024 Dibuka, Simak Jadwal dan Cara Daftarnya

31 October 2024 - 15:23 WIB

Pendaftaran Bintara TNI AD 2024 II Resmi Dibuka, Intip Gaji dan Syaratnya!

30 October 2024 - 10:06 WIB

Trending di Lowongan Kerja