Jakarta – Job Fair Jakarta yang digelar baru-baru ini menawarkan ribuan lowongan pekerjaan dari berbagai sektor. Namun, ironisnya, tingkat pengangguran di ibu kota tetap tinggi.
Banyak pencari kerja yang hadir merasa kesulitan mendapatkan pekerjaan yang sesuai, meskipun lowongan tersedia dalam jumlah besar.
Acara ini diikuti oleh puluhan perusahaan, baik skala besar maupun kecil, yang membuka peluang kerja bagi masyarakat.
Namun, menurut beberapa peserta, kesenjangan antara kualifikasi yang dimiliki pencari kerja dan persyaratan yang dibutuhkan perusahaan menjadi penghalang utama.
“Saya sudah mencoba melamar di beberapa booth, tapi banyak persyaratan yang tidak saya penuhi, terutama soal keterampilan teknis,” ujar salah satu peserta job fair.
Data terbaru menunjukkan bahwa tingkat pengangguran di Jakarta masih berada di angka yang cukup tinggi.
Para ahli menyoroti adanya skill gap atau kesenjangan keterampilan sebagai penyebab utama.
Banyak pencari kerja tidak memiliki keahlian yang relevan dengan kebutuhan industri saat ini, terutama di era digital dan otomatisasi.
Selain itu, faktor ekonomi makro dan perubahan struktur industri juga turut mempengaruhi.
Beberapa sektor tradisional mulai mengurangi tenaga kerja karena beralih ke teknologi, sementara sektor baru membutuhkan keterampilan yang lebih spesifik.
Pemerintah pun diharapkan dapat mengambil peran lebih aktif dalam mengatasi masalah ini.
Beberapa rekomendasi yang diajukan antara lain meningkatkan program pelatihan vokasi, memperkuat kolaborasi antara industri dan institusi pendidikan, serta menciptakan kebijakan yang mendukung penyerapan tenaga kerja.
Meskipun Job Fair Jakarta menjadi wadah yang baik untuk mempertemukan pencari kerja dan perusahaan, tantangan struktural seperti kesenjangan keterampilan dan dinamika pasar kerja masih perlu diatasi secara komprehensif.
Anggota DPRD Jakarta dari Fraksi PAN Lukmanul Halim menyoroti hal ini.
“Saya ingatkan Disnakertransgi Jakarta agar serius menjalankan Jakarta Job Fair yang dibiayai APBD. Jangan sekadar asal-asalan hanya untuk memenuhi program,” tegas Lukmanul Hakim, dikutip dari Antara.
Tanpa upaya serius dari semua pihak, ironi banyaknya lowongan tapi tingginya pengangguran mungkin akan terus berlanjut.***