Jepang saat ini menghadapi lonjakan kunjungan turis asing yang signifikan, terutama setelah pembatasan perjalanan akibat pandemi COVID-19 dilonggarkan.
Sektor pariwisata yang kembali bangkit ini membawa dampak positif bagi ekonomi negara, namun juga menciptakan tantangan baru, khususnya di sektor perhotelan yang kini kesulitan memenuhi kebutuhan tenaga kerjanya.
Hotel-hotel di Jepang kini menghadapi masalah serius terkait kekurangan tenaga kerja. Hal ini diperparah dengan banyaknya posisi yang dibiarkan kosong akibat pemutusan hubungan kerja selama pandemi.
Dilansir dari Asia Nikkei, dengan permintaan yang meningkat drastis, operator hotel di seluruh Jepang, seperti Tokyu Resorts & Stays, mulai mencari solusi untuk mengatasi kekurangan ini dengan mempekerjakan lebih banyak pekerja asing.
Tokyu Resorts & Stays telah merencanakan perluasan tenaga kerja asing mereka dari 120 orang menjadi 580 orang pada tahun 2033.
Persentase pekerja asing di perusahaan ini diproyeksikan akan mencapai 30% dari seluruh tenaga kerja mereka. Langkah ini diambil sebagai upaya untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja lokal dan memenuhi kebutuhan operasional mereka yang terus berkembang.
Seibu Prince Hotels Worldwide juga telah menyusun rencana untuk meningkatkan jumlah pekerja asing mereka sebesar 20% pada tahun fiskal ini. Mereka berfokus pada peningkatan jumlah pekerja magang yang dipekerjakan menjadi pekerja penuh waktu.
Selain itu, perusahaan ini juga menawarkan tunjangan tambahan bagi pekerja asing, termasuk tunjangan hidup bulanan sebesar 20.000 yen dan tunjangan perjalanan hingga 100.000 yen per tahun.
Selain merekrut pekerja asing, hotel-hotel di Jepang juga menekankan pentingnya pelatihan dan penyesuaian budaya bagi pekerja baru mereka.
Shizukuishi Prince Hotel di prefektur Iwate, misalnya, telah menyertakan pelatihan karyawan yang mencakup pengenalan terhadap budaya lokal, seperti mencicipi wanko soba, mi khas setempat, dan kunjungan ke tempat-tempat wisata terdekat.
Pelatihan semacam ini diharapkan tidak hanya membantu pekerja asing beradaptasi dengan lingkungan kerja baru mereka, tetapi juga memungkinkan mereka untuk memberikan informasi yang lebih kaya kepada para wisatawan mengenai apa yang ditawarkan oleh daerah setempat.
Meski upaya perekrutan pekerja asing sedang digencarkan, sektor perhotelan Jepang masih menghadapi berbagai tantangan, terutama dalam hal regulasi dan pengakuan kualifikasi pekerja asing.
Kompleksitas sistem perizinan dan kualifikasi di Jepang sering kali membuat hotel enggan untuk merekrut pekerja dari luar negeri.
Mori Trust, salah satu operator hotel terkemuka, menekankan perlunya pemerintah Jepang untuk membuat “paket” kebijakan yang lebih ramah bagi pekerja asing.
Selain itu, peningkatan pembagian keuntungan dari masuknya wisatawan juga dianggap sebagai langkah penting untuk membuat pekerjaan di sektor perhotelan lebih menarik dan kompetitif dibandingkan industri lainnya.
Lonjakan kunjungan turis asing di Jepang membawa peluang besar bagi sektor perhotelan, namun juga menuntut penyesuaian signifikan dalam manajemen tenaga kerja.
Perekrutan pekerja asing menjadi salah satu solusi utama untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja, tetapi tantangan regulasi dan budaya masih perlu diatasi.
Dengan langkah-langkah yang tepat, Jepang dapat memastikan bahwa sektor pariwisatanya tetap kompetitif di panggung global, sekaligus memberikan pengalaman yang lebih baik bagi wisatawan dan pekerja di industri ini.