Buat kamu yang punya mimpi kerja di luar negeri, satu hal yang nggak boleh kamu sepelekan adalah budaya kerja.
Kenapa? Karena skill dan CV keren aja nggak cukup kalau kamu nggak bisa beradaptasi dengan lingkungan kerja yang berbeda.
Salah satu perbedaan paling mencolok ada di antara dua benua besar: Eropa vs Asia.
Mereka punya cara kerja, cara komunikasi, sampai cara mikir yang kadang bikin kita kaget (atau kagum).
Yuk, kita kupas satu-satu perbedaan budaya kerja mereka biar kamu nggak culture shock pas udah #KaburAjaDulu!
1. Jam Kerja: Santai vs Produktif Maksimal
Eropa: Umumnya mengedepankan work-life balance. Banyak negara seperti Jerman, Belanda, atau Prancis punya aturan ketat soal jam kerja (misal: maksimal 35–40 jam/minggu). Lembur? No thanks, kecuali terpaksa. Libur panjang dan cuti tahunan adalah hal biasa.
Asia: Di banyak negara Asia seperti Jepang, Korea, dan bahkan Indonesia, kerja keras adalah norma sosial. Lembur sering dianggap bentuk loyalitas. Jam kerja bisa fleksibel… ke atas alias lebih lama dari seharusnya.
Catatan penting: Di Eropa, kerja efisien = selesai tepat waktu. Di Asia, kerja keras = dinilai berdedikasi.
2. Gaya Komunikasi: To the Point vs Banyak Basa-Basi
Eropa: Komunikasi cenderung langsung dan jujur, walau kadang terdengar “kasar” buat orang Asia. Mereka menghindari ambiguitas, terutama saat feedback.
Asia: Lebih mengutamakan kesopanan dan harmoni sosial. Komentar negatif sering disampaikan secara halus atau tidak langsung agar tidak menyinggung.
Contoh:
Bos di Belanda bisa bilang: “This presentation needs serious improvement.”
Bos di Asia mungkin bilang: “Presentasinya bagus, tapi mungkin bisa dipertimbangkan untuk sedikit disempurnakan.”
3. Gaya Kepemimpinan: Egaliter vs Hierarkis
Eropa: Struktur organisasi lebih datar (flat hierarchy). Karyawan bisa menyampaikan ide langsung ke manajer atau bahkan direktur.
Asia: Struktur cenderung hierarkis. Senioritas dan posisi sangat dihargai. Pendapat atasan jarang dibantah secara langsung, bahkan kalau kurang tepat sekalipun.
Kalau kamu terbiasa “yes boss”, gaya manajemen di Eropa bisa bikin kamu merasa “bebas banget”—tapi juga dituntut lebih mandiri.
4. Budaya Meeting dan Feedback
Eropa: Meeting dimulai dan berakhir tepat waktu, fokus ke agenda, dan biasanya hanya yang relevan yang diundang. Feedback diberikan langsung, tanpa sugar coating.
Asia: Meeting bisa molor dan kadang kurang fokus. Feedback? Lebih sering diberikan tertutup atau lewat perantara.
Di Eropa, being direct = being professional. Di Asia, being direct = bisa dianggap tidak sopan.
5. Prioritas Kerja: Hasil vs Loyalitas
Eropa: Kinerja dan hasil kerja jadi tolok ukur utama. Kamu bisa cepat naik posisi jika performa bagus, walau baru sebentar kerja.
Asia: Loyalitas dan lama kerja sering dianggap nilai tambah. Banyak perusahaan masih melihat masa kerja panjang sebagai tanda dedikasi.
Di Eropa, kamu bisa pindah kerja tiap 2–3 tahun dan itu dianggap biasa. Di Asia, ini kadang dipandang “nggak setia”.
Tips Adaptasi Buat Kamu yang Pengen Kerja Global
Belajar Cultural Intelligence (CQ):
– Sama pentingnya dengan IQ & EQ!
– Pelajari norma sosial, gaya komunikasi, dan etika kerja negara tujuan.Perbanyak Interaksi Lintas Budaya:
– Join komunitas expat atau profesional global di LinkedIn.
– Belajar dari pengalaman orang yang sudah kerja di luar negeri.Jangan Baperan, Tapi Juga Jangan Merasa Lebih Baik:
– Semua budaya punya kelebihan & kekurangannya.
– Yang penting: adaptif, humble, dan terus belajar.
Nggak Ada yang Lebih Baik, yang Ada Lebih Cocok
Kerja di Asia atau Eropa? Dua-duanya bisa luar biasa—kalau kamu tahu caranya menyesuaikan diri.
- Kalau kamu tipe yang suka struktur dan disiplin → Asia bisa cocok
- Kalau kamu lebih suka fleksibilitas dan dialog terbuka → Eropa bisa jadi pilihan
Tapi tahu apa yang paling keren?
Kalau kamu bisa adaptasi ke dua-duanya.
Itu tandanya kamu punya mindset global, dan itu adalah nilai jual utama di mata perusahaan internasional.
Jadi, kamu pilih kerja di mana? Atau mau siapin diri buat bisa kerja di mana aja?
Apapun itu, yang penting: siapkan mental, bukan hanya paspor.
Be a smart worker, for a better future.