“Kerja di luar negeri itu enak ya. Jam kerja pendek, weekend santai, dan semua negara maju pasti menghargai waktu pribadi.”
Tapi.. benarkah semua itu fakta? Atau cuma ekspektasi manis dari kejauhan?
Buat banyak orang Indonesia, kerja di luar negeri ibarat “escape” dari sistem kerja lokal yang seringkali melelahkan. Tapi sebelum kamu packing koper dan #KaburAjaDulu, yuk kita bahas — work-life balance di luar negeri itu beneran ada atau cuma ilusi?
Ekspektasi: Hidup Lebih Seimbang di Negara Maju
Gara-gara banyak konten yang menampilkan “life abroad” versi highlight, banyak yang membayangkan:
Jam kerja 9 to 5 yang saklek (dan benar-benar selesai jam 5)
Weekend bebas tanpa gangguan kerja
Jatah cuti tahunan belasan hari plus work from anywhere
Ya, itu bisa terjadi. Tapi…
Fakta: Tergantung Negara, Industri, dan Posisi
Realita di lapangan sangat bervariasi. Ini beberapa contohnya:
✅ Di Belanda atau Jerman, budaya kerja memang lebih menghargai waktu pribadi. Jam kerja jelas, email malam hari dianggap tidak sopan.
⚠️ Di UK atau US, tergantung industrinya. Di sektor finance atau startup, jam kerja bisa panjang dan tekanan tinggi — mirip Jakarta.
⛔ Di negara-negara Timur Tengah atau Asia tertentu, pekerja migran bisa menghadapi jam kerja panjang, terutama di sektor konstruksi, hospitality, atau caregiving.
Intinya: work-life balance bukan otomatis datang hanya karena kamu pindah negara. Dia harus diupayakan dan dipilih.
Work-Life Balance Bukan Soal Lokasi, Tapi Strategi
Kalau kamu pengin hidup lebih seimbang, ini bukan hanya soal “kerja di luar negeri” — tapi soal:
✅ Milih industri dan role yang sesuai
✅ Negosiasi dari awal soal jam kerja dan ekspektasi
✅ Punya strategi karier jangka panjang yang sustainable
Gunakan tools seperti Value Validation Proposal (VVP) saat interview. Bukan cuma untuk nego gaji, tapi juga menjelaskan ekspektasi hidup dan kerja kamu secara transparan.
Realita Tak Harus Pahit
Kerja di luar negeri bukan janji surga. Tapi juga bukan mimpi buruk.
Yang penting, kamu tahu apa yang kamu cari, dan berani menyuarakan itu dari awal.
Karena hidup yang seimbang bukan datang dari tempat yang jauh—tapi dari keputusan yang tepat.
Be a smart worker, for a better future!